Pengalaman Pertama Menjadi Seorang Guru
15.12.12
4 Komentar
Menjadi seorang guru adalah tugas yang berat, namun jika dijalani dengan ikhlas bisa menjadi ringan (Hmmm..., bisakah belajar ikhlas?). Sudah lebih dari tiga tahun saya mengajar di sebuah sekolah madrasah untuk mata pelajaran Matematika, tetapi hasil yang saya dapat dari siswa/i belum menunjukkan keberhasilan saya sebagai seorang guru. (Keberhasilan sebenarnya diukur dari mana sih?)^^.
Pertama kali mengajar saya beranggapan bahwa saya mampu mengajar dengan baik, mengolah kelas dengan sempurna dan mampu merubah nilai-nilai (red= angka-angka) pelajaran Matematika siswa/i di atas rata-rata nilai KKM. Tetapi apa yang terjadi? Saya merasa stress dengan tingkah laku anak-anak yang bikin ngurut dada meskipun saya berusaha untuk mencoba bersabar. Dalam hati saya hanya berkata, 'Beginikah susahnya menjadi seorang guru? Harus bisa mensiasati berbagai macam karakter dari satu kelas bahkan satu sekolah?'.
Kali pertama, tugas saya mengajar Matematika dimulai dari kelas 3 sampai dengan kelas 6, pun sampai sekarang. Tetapi dari tiga tahun itu, tetap saja nilai anak-anak masih di bawah nilai KKM meskipun ada beberapa yang lulus dari nilai KKM. Dalam hati lagi saya bertanya, 'Apa yang salah dengan cara mengajar saya? Atau anak-anak tidak mau belajar Matematika? Bagaimana saya dapat meningkatkan prestasi belajar mereka? Padahal nilai standar KKM itu hanya 6.00?'.
Berbagai upaya saya lakukan, dari memberikan tugas kelompok dengan tujuan agar siswa/i dapat bekerja sama memecahkan soal, tetapi tetap saja, yang kerja hanya siswa/i yang mampu mengerjakan soal. Kemudian melakukan pendalaman materi pelajaran Matematika, tetapi tetap saja, anak-anak lebih banyak mengeluh, banyak alasan yang mereka utarakan, 'kecapean, ngantuk, laper', dan lain sebagainya. Meskipun sudah diberikan pendalaman materi, anehnya anak-anak masih tetap saja dengan prestasi sebelumnya.
Sempat saya berpikir untuk berhenti mengajar karena begitu banyak beban yang ditanggung seorang guru, terlebih moral, namun mau dikata apa, hati kecil saya berontak. Jangan pantang arang sebelum berperang. Ini adalah sebuah proses, begitu hati kecil saya menyemangati. Pelan dan pasti, saya mencoba untuk berusaha bersabar, membagi atau mengelompokkan siswa/i yang mudah menyerap penjelasan, yang kurang, bahkan sampai yang tidak mengerti sama sekali. Namun, tetap saja mereka (faktor yang bikin saya harus memiliki kesabaran tingkat tinggi^^) malah tetap asik bercanda ketika dijelaskan, banyak yang main, bahkan memancing guru untuk mengobrol ria dengan mereka (jika obrolannya menyangkut pelajaran yang diberikan itu tidak apa-apa, tetapi mereka malah senang mengobrol yang macam-macam sampai jam pelajaran habis). ---> Bagaimana saya harus mensiasati ini?
Ilustrasi (gambar) bersumber dari Google |
Sampai saat ini pun, yang sudah mau memasuki semester kedua -bahkan siswa/i kelas VI akan menghadapi UAN 2013-, saya masih meraba-raba untuk dapat memberikan pengajaran yang baik kepada mereka agar mampu menyerap apa yang saya jelaskan. Tetapi, di luar dari tulisan saya di atas, ada satu hal yang sampai sekarang menyangkut di hati saya. Apa mungkin semua ini faktor dari akhlak anak-anak?
Begitulah sekelumit cerita ngawur atau tak jelas dari saya ketika kali pertama mengajar. Maaf jika tulisan ini tidak nyambung antara paragraf yang satu dengan yang lainnya sebab saya masih proses belajar menulis ^_^. Terlebih itu, saya hanya ingin menuangkan apa yang menjadi pengalaman selama menjadi seorang guru. Namun jika ditelisik lebih dalam, ternyata seorang guru adalah manusia yang penuh kasih sayang^^. Hargai mereka seperti kita menghargai orang tua dan diri kita sendiri.
Semoga tulisan yang apa adanya (bukan ada apanya) ini dapat bermanfaat, setidaknya untuk diri saya sendiri^^. Salam hangat dari Zuwaily....
Kesempurnaan hanyalah milik Allah swt.
Iya nih jadi saya ikut bingung bacanya, hehe.
BalasHapusTapi pengalamannya keren, karena saya sendiri juga seorang guru.
Halo, Bapak/Ibu Guru
BalasHapusKami dari We the Teachers Indonesia tertarik pada kisah pengalaman guru yang Bapak/Ibu posting, dan sekarang kami sedang berencana untuk mengumpulkan kisah-kisah pengalaman guru untuk dibagikan di media sosial kami, agar dapat menginspirasi lebih banyak orang –termasuk sesama rekan guru yang lain.
Dan dengan ini kami mohon izin untuk membagikan kisah yang Bapak/Ibu posting di blog ini. Jika berkenan, Bapak/Ibu dapat menghubungi info@wetheteachers.or.id untuk melampirkan foto, nama lengkap, dan sekolah tempat Bapak/Ibu mengajar sekarang.
Jika ada pertanyaan lebih lanjut, juga dapat dilayangkan melalui alamat e-mail yang sama. Kami menunggu kabar baiknya.
Terima kasih.
woi makmano ini pilat
BalasHapuspatok binatang nian patok
BalasHapus