Konsep Pendidikan Imam Ghazali
20.10.12
Tulis Komentar
Untuk mengetahui konsep pendidikan Imam Ghazali dapat diketahui - antara lain - dengan cara mengetahui dan memahami pemikirannya yang berkenaan dengan berbagai aspek yang berkaitan dengan pendidikan, yaitu aspek tujuan pendidikan, kurikulum, metode, etika guru, dan etika murid.
Tujuan Pendidikan
Dari pemikiran Imam Ghazali bahwa tujuan akhir yang ingin dicapai melalui kegiatan pendidikan ada dua. Pertama, tercapainya kesempurnaan insani yang bermuara pada pendekatan diri kepada Allah, dan kedua, kesempurnaan insani yang bermuara pada kebahagiaan dunia dan akhirat. Oleh sebab itu, beliau bercita-cita mengajarkan manusia agar mereka sampai pada sasaran-sasaran yang merupakan tujuan akhir dan maksud pendidikan itu. Dan pendapat Imam Ghazali tentang pendidikan pada umumnya sejalan dengan trend-trend agama dan etika.
Imam Ghazali pun tidak melupakan masalah-masalah duniawi, tetapi dalam pandangannya mempersiapkan diri untuk masalah-masalah dunia itu hanya dimaksudkan sebagai jalan menuju kebahagiaan hidup di alam akhirat yang lebih utama dan kekal. Dunia adalah alat perkebunan untuk kehidupan akhirat, sebagai alat yang akan mengantarkan seseorang menemui Tuhannya. Akan tetapi, di samping pendapat Imam Ghazali yang bercorak agamis dan merupakan ciri spesifik pendidikan Islam, tampak pula cenderung kepada sisi keruhanian yang sejalan dengan filsafat Imam Ghazali yang bercorak tasawuf. Maka sasaran pendidikan menurut Imam Ghazali adalah kesempurnaan insani di dunia dan akhirat. Dan manusia akan sampai kepada tingkat kesempurnaan itu hanya dengan menguasai sifat keutamaan melalui jalur ilmu.
Imam Ghazali melihat bahwa ilmu itu sendiri adalah keutamaan dan ia melebihi segala-galanya. Oleh karena itu, menguasai ilmu, termasuk tujuan pendidikan, mengingat nilai yang dikandungnya serta kelezatan dan kenikmatan yang diperoleh manusia padanya. Dan dengan ilmu, merupakan jalan yang akan mengantarkan manusia kepada kebahagiaan di negeri akhirat; sebagai media untuk bertaqarrub kepada Allah; di mana tak satu pun bisa sampai kepadanya tanpa ilmu; tingkat termulia bagi seorang manusia adalah kebahagiaan yang abadi; di antara wujud yang paling utama adalah wujud yang menjadi perantara kebahagiaan; tetapi kebahagiaan itu tak mungkin tercapai kecuali dengan ilmu dan amal; dan amal tak mungkin dicapai kecuali jika ilmu tentang cara beramal dikuasai.
Kurikulum
Konsep kurikulum yang dikemukakan Imam Ghazali terkait erat dengan konsepnya mengenai ilmu pengetahuan. Dalam pandangan al-Ghazali ilmu terbagi kepada tiga bagian, yaitu:
Pertama, ilmu-ilmu yang terkutuk baik sedikit maupun banyak, yaitu ilmu-ilmu yang tidak ada manfaatnya, baik di dunia maupun di akhirat, seperti ilmu sihir, ilmu nujum, dan ilmu ramalan. Dan menurut Imam Ghazali bahwa mempelajari filsafat bagi setiap orang tidaklah wajib, karena menurut tabiatnya tidak semua orang dapat mempelajari ilmu tersebut dengan baik.
Kedua, ilmu-ilmu yang terpuji baik sedikit maupun banyak, yaitu ilmu yang erat kaitannya dengan peribadatan dan macam-macamnya, seperti ilmu yang berkaitan dengan kebersihan diri dari cacat dan dosa serta ilmu yang dapat menjadi bekal bagi seseorang untuk mengetahui yang baik dan melaksanakannya, ilmu-ilmu yang mengajarkan manusia tentang cara-cara mendekatkan diri kepada Allah dan melakukan sesuatu yang diridhoi-Nya, serta dapat membekali hidupnya di akhirat.
Ketiga, ilmu-ilmu yang terpuji dalam kadar tertentu atau sedikit, dan tercela jika dipelajarinya secara mendalam, karena dengan mempelajarinya secara mendalam itu dapat menyebabkan terjadinya kekacauan dan kesemrawutan antara keyakinan dan keraguan, serta dapat pula membawa kepada kekafiran, seperti ilmu filsafat.
Dan Imam Ghazali yakin bahwa ilmu dengan segala macam yang sudah disebutkan di atas, baik ilmu aqliyah maupun ilmu amaliyah, tidak sama nilainya, dan karena itu pula keutamaannya berbeda. Menurut Imam Ghazali perbedaan itu disebabkan oleh salah satu dari tiga bagian: 1). Melihat kepada daya yang digunakan untuk menguasainya, 2). Melihat kepada besar kecilnya manfaat yang didapat manusia dari padanya, 3). Melihat kepada tempat mempelajarinya. Selain itu, mata pelajaran yang seharusnya diajarkan dan masuk ke dalam kurikulum menurut Imam Ghazali didasarkan pada dua kecenderungan, yaitu: 1). Kecenderungan agama dan tasawuf, 2). Kecenderungan pragmatis, dinilai berdasarkan manfaatnya bagi manusia, baik untuk kehidupan di dunia maupun untuk kehidupan di akhirat.
Ilustrasi/Gambar bersumber dari Google |
Metode Pengajaran
Perhatian Imam Ghazali dalam bidang metode ini lebih ditujukan kepada metode khusus bagi pengajaran agama untuk anak-anak. Beliau mencontohkan sebuah metode keteladanan bagi mental anak-anak, pembinaan budi pekerti, dan penanaman sifat-sifat keutamaan pada diri mereka. Dengan demikian, faktor keteladanan yang utama menjadi bagian dari metode pengajaran yang amat penting.
Menurutnya mengajar adalah pekerjaan yang paling mulia dan sekaligus sebagai tugas yang paling agung. Lebih lanjut Imam Ghazali mengatakan bahwa wujud yang termulia di muka bumi ini adalah manusia, dan bagian inti manusia yang termulia adalah hati. Guru bertugas menyempurnakan, menghias, mensucikan, dan menggiringnya mendekati Allah swt. Dengan demikian, mengajar adalah bentuk lain pengabdian manusia kepada Tuhan dan menjunjung tinggi perintah-Nya.
Kriteria Guru Yang Baik
Menurut Imam Ghazali bahwa guru yang dapat diserahi tugas mengajar adalah guru yang selain cerdas dan sempurna akalnya, juga guru yang baik akhlaknya dan kuat fisiknya. Selain itu, seorang guru juga harus memiliki sifat-sifat khusus atau tugas-tugas tertentu, yaitu:
- Kalau praktek mengajar dan penyuluhan sebagai keahlian dan profesi dari seorang guru maka sifat terpenting yang harus dimilikinya adalah rasa kasih sayang.
- Karena mengajarkan ilmu merupakan kewajiban agama bagi setiap orang yang alim (berilmu) maka seorang guru tidak boleh menuntut upah atas jerih payahnya mengajarnya itu.
- Seorang guru yang baik hendaknya berfungsi juga sebagai pengarah dan penyuluh yang jujur dan benar di hadapan murid-muridnya.
- Dalam kegiatan mengajar seorang guru hendaknya menggunakan cara yang simpatik, halus, dan tidak menggunakan kekerasan, cacian, makian, dan sebagainya.
- Seorang guru yang baik juga harus tampil sebagai teladan atau panutan yang baik di hadapan murid-muridnya.
- Seorang guru yang baik juga harus memiliki prinsip mengakui adanya perbedaan potensi yang dimiliki murid secara individual, dan memperlakukannya sesuai dengan tingkat perbedaan yang dimiliki muridnya.
- Seorang guru yang baik adalah guru yang disamping memahami perbedaan tingkat kemampuan dan kecerdasan muridnya, juga memahami bakat, tabiat, dan kejiwaan muridnya sesuai dengan tingkat perbedaan usianya.
- Seorang guru yang baik adalah guru yang berpegang teguh kepada prinsip yang diucapkannya, serta berupaya untuk merealisasikannya sedemikian rupa.
Sifat Murid Yang Baik
Sejalan dengan tujuan pendidikan sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah swt. maka belajar termasuk ibadah. Dengan dasar pemikiran ini maka seorang murid yang baik adalah murid yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Seorang murid harus berjiwa bersih, terhindar dari budi pekerti yang hina dina dan sifat-sifat tercela lainnya.
- Seorang murid yang baik, juga harus menjauhkan diri dari persoalan-persoalan duniawi, mengurangi keterikatan dengan dunia, karena keterikatan kepada dunia dan masalah-masalahnya dapat mengganggu lancarnya penguasaan ilmu.
- Seorang murid yang baik hendaknya bersikap rendah hati atau tawadhu.
- Khusus terhadap murid yang baru hendaknya jangan mempelajari ilmu-ilmu yang saling berlawanan, atau pendapat yang saling berlawanan dan bertentangan.
- Seorang murid yang baik hendaknya mendahulukan mempelajari yang wajib.
- Seorang murid yang baik hendaknya mempelajari ilmu secara bertahap.
- Seorang murid hendaknya tidak mempelajari satu disiplin ilmu sebelum menguasai disiplin ilmu sebelumnya.
- Seorang murid hendaknya juga mengenal nilai setiap ilmu yang dipelajarinya.
*) Rangkuman pribadi dari Buku Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam karya, Dr. H. Abuddin Nata, MA. Kesempurnaan hanyalah milik Allah swt.
Belum ada Komentar untuk "Konsep Pendidikan Imam Ghazali"
Posting Komentar